Kamis, 01 Desember 2011

Ngampiran Sentra Kerajinan bambu

Sesuai dengan Keputusan Bupati tentang One Village One Product di Kabupaten Gunungkidul, yang salah satunya menetapkan Kecamatan Rongkop sebagai salah satu sentra kerajinan bambu, berikut ini kami tampilkan sedikit profil tentang Dusun Ngampiran, Desa Melikan, Kecamatan Rongkop yang merupakan sentra kerajinan bambu. Dusun ini terdiri dari kurang lebih 104 KK dan hanya 4 KK yang tidak menjadi pengrajin bambu.
Hasil produksi yang mampu dihasilkan oleh penduduk Dusun Ngampiran pada umumnya adalah alat-alat rumah tangga seperti tampah, tenggok, tambir dan sebagainya. Namun sebenarnya mereka mampu membuat beraneka ragam produk dari bahan dasar bambu., tergantung dari pesanan.

Laki-laki, perempuan, tua maupun muda, rata-rata memiliki kemampuan untuk mengolah bambu menjadi aneka macam hasil kerajinan bambu.
Pada umumnya mereka bermatapecaharian utama sebagai petani, namun setiap hari mereka mengisi waktu luang mereka dengan membuat kerajinan bambu. Hasilnya biasanya mereka jual setiap 5 hari sekali (sepasaran).



Rabu, 30 November 2011

Peraturan Daerah tentang RTRW

Dalam rangka membantu sosialisasi kepada masyarakat luas, berikut kami upload Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2010-2030. Semoga bermanfaat...
Untuk men-download ikuti link berikut

Jumat, 07 Oktober 2011

Wisata Pantai

Kabupaten Gunungkidul kaya akan potensi pantai. Sekitar 46 pantai yang dapat dijadikan objek wisata di Gunungkidul. Kali ini kami akan menampilkan 3 Pantai yang terdapat di sisi Tenggara, tepatnya di Kecamatan Girisubo, sebelah selatan Kecamatan Rongkop yaitu :
- Pantai Wediombo di desa Jepitu, Girisubo
- Pantai Sadeng di desa Pucung, Girisubo, dan
- Pantai Krokoh di desa Songbanyu, Girisubo
Berikut foto pantai Wediombo dan pantai Sadeng.
Gambar  Pantai Wediombo

Gambar Pantai Sadeng

Bagi yang berminat pergi ke sana, tentunya akan melintasi wilayah Kecamatan Rongkop.

Jumat, 30 September 2011

Warga Botodayaan Piket di Kuburan

Foto Ilustrasi


(Minggu, 04 September 2011)Kawanan binatang buas diduga jenis harimau berkeliaran di sejumlah wilayah kekeringan Kecamatan Rongkop, Gunungkidul dan menimbulkan keresahan warga. Binatang buas tersebut banyak dipergoki masyarakat di sejumlah tempat termasuk kompleks pemakaman (kuburan).
Akibatnya warga secara bergiliran menjaga lingkungan pemakanan agar binatang pemangsa daging itu tidak mengincar mayat yang telah dimakamkan. “Sudah sekitar satu minggu ini warga terpaksa melakukan giliran menjaga kuburan,” ujar Wasimin dan Ramdiyo warga Desa Botodayaan kepada KRjogja.com Minggu (4/9).
Dari pengalaman beberapa tahun lalu, tambahnya, ketika kekeringan terjadi banyak binatang buas keluar dari dalam goa untuk mencari air dan makanan. Salah satu dari kawanan binatang buas itu akhirnya dipergoki membongkar kuburan baru untuk memangsa mayat.
“Beruntung saat itu berhasil digagalkan dan untuk mencegah peristiwa terulang kita sepakat untuk menjaga makam ini,” kisahnya.
Warga menjaga tempat pemakaman ternyata tidak hanya terjadi di Desa Botodayaan Kecamatan Rongkop. Ngadiran (40) warga Semanu juga menyatakan tiap terjadi musim kekeringan kebiasaan menjaga lokasi pemakaman biasa dilakukan, mengingat sejumlah goa hingga saat ini masih dijadikan hunian diantaranya di Desa Candirejo, Cuwelo, Ngeposari dan sejumlah desa di Kecamatan Rongkop maupun Girisubo.

Salah satu prestasi BKM di Rongkop

Sejak tahun 2010 lalu Desa Semugih Kecamatan Rongkop,Gunungkidul,telah mendapatkan Reward sebesar  Rp.1.000.000.000 dari Kementrian Pekerjaan Umum Jakarta,pasalnya,Desa Semugih pada tahun 2005 lalu berhasil dalam peningkatan ekonomi Produktif yang diberikan oleh BLM(Bantuan Langsung Masyarakat)sebesar Rp 100.000.000 dan sampai saat ini telah berkembang dengan pesat.

Reward yang diberikan oleh Kementrian PU merupakan sebuah Prestasi yang sangat luar biasa dari Desa Semugih,melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan(P2KP)y ang akan dilaksanakan pada 2011 ini dengan 3 agenda yang berupa,BLM(Bantuan Langsung Masyarakat),PLPBK(Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas),dan paket.

Saat ditemui Wartawan dibalai desa,kepala Desa Semugih Sugiyarto S.Pd.yang didampingi oleh Sekretaris TIPP(Tim Inti Perencanaan Pastisifatif)Wasdi Raharja.Sip serta ketua PLPBK Drs.Okto Bagiyo mengatakan,”kami merasa bangga karena tujuan P2KP ini pada Ibukota Kecamatan dan dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang mendapat hanya 2 Desa yaitu,Semugih dan Ponjong kebetulan keduanya dari GunungKIdul.

Semenjak tahun 2003 P2KP sudah masuk tepatnya bulan September namun 2 tahun kemudian kami baru mendapatkan dana tepatnya di Tahun 2005 melalui  Program BLM(Bantuan Langsung Masyarakat)tapi karena kami pengembangannya baik akhirnya kami pada tahun 2007 hingga 2009 lewat Program paket dari P2KP kami mendapatklan dana segar sebesar Rp.350.000.000,-yang telah kami plotkan untuk Sarana Prasarana jalan dan Penampungan Air Hujan.

Dan ditahun 2010 lalu kami memang mendapatkan reward dari Kementrian PU melalui Program BKM(Badan Keswadayaan Masyarakat)karena berhasil mengembangkan BLM ditahun 2005 lalu yang keuangannya sendiri dikelola oleh UPK(Unit Pengelola Keuangan)dan sampai sekarang sudah ada pengembangannya.”terang ketiganya

Mereka menambahkan,”untuk dana sebesar  1 m itu untuk Perencanaan Pembangunan dan Infrastrukturnya,contoh,pengelolaan Sumber Daya Air,PAH(Penampungan Air Hujan)Rehabilitasi Embung(Telaga),Reboisasi,peningkatan pengelolaan pertanian serta penataan permukiman.dan semua itu akan dijalankan pada bulan Juli besok,dengan awal pengerjaannya Sanitasi Terpadu,Jambanisasi,dan Kandang Kominal(Kelompok).cetus Ketiganya

Ketua PLPBK Drs.Okto Bagiyo menambahkan, ”Untuk semua baik berjalannya saat ini kami memang membutuhkan bebrapa Tenaga Ahli Pemasaran karena untuk mencari pendanaan yang untuk mencukupi Program ini(PLPBK)."
Sumber berita ada di  link berikut .

Pengumuman dari TNI

Bagi lulusan S1 yang berminat jadi Perwira Karier TNI, silakan link     bberikut....

Rabu, 03 Agustus 2011

Bupati Serahkan Bantuan 68 Masjid

Memasuki bulan puasa tahun 2011 ini, dengan terbagi menjadi tiga kelompok Pemkab Gunungkidul, Yogyakarta akan melakukan safari tarawih keliling ke berbagai masjid yang tersebar di 18 kecamatan. Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah, S.Sos, Wakil Bupati, Drs. Immawan Wahyudi, M.H, dan Sekda, Drs. M. Joko Sasono memimpin rombongan secara terpisah dan bergiliran.

Dalam acara tersebut menurut rencana juga akan diserahkan bantuan dana pembangunan masjid/mushola dan buku perpustakaan secara simbolis oleh Bupati.

“Menurut rencana penyerahan bantuan uang pembangunan dan buku perpustakaan itu akan diselesaikan pada safari tarawih keliling yang hanya dilaksanakan selama 6 hari yang dimulai tanggal 4 Agustus 2011 mendatang,” ungkap Kepala Bagian Humas, Protokol dan Rumah Tangga Setda Gunungkidul, Drs. Aziz Saleh kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa (2/8).

Sementara terpisah, Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat, Drs. Imam Trismanto melalui stafnya, Akhsan membenarkan bahwa dalam safari tarawih itu juga akan diserahkan bantuan uang pembangunan untuk 64 masjid dan mushola dengan total dana mencapai Rp 164 juta. Sedang bantuan untuk tempat ibadah lain yakni gereja dialokasikan Rp 70 juta untuk 6 lokasi , Pura 2 lokasi Rp 15 juta serta Rp 15 juta untuk 3 lokasi Vihara.


link berita dari sini

Gonjang Ganjing Pembebasan Tanah untuk JJLS

Pembebasan tanah untuk proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta tahun 2011 ini masih terganjal belum adanya kesepakatan harga tanah antara pemkab dan warga di dua desa yakni Monggol, Kecamatan Saptosari dan Karangasem, Kecamatan Paliyan.

Demikian kata salah satu anggota panitia sembilan pengadaan tanah JJLS 2011 yang juga Kepala Bagian Kerjasama dan Pengendalian Pertanahan Setda Gunungkidul, Ir. Eddy Praptono, M.Si melalui stafnya Agus Nurcahyo kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa (2/8).

“Beberapa kali musyawarah telah dilakukan oleh Panitia Sembilan untuk menentukan kesepakatan harga tanah berikut, karang kitri (tanaman) maupun bangunan di atasnya, namun sampai hari ini belum ada titik temu. Warga di dua desa itu masih bersikukuh mematok harga tanah permeter yang cukup tinggi. Warga Monggol minta Rp 140.000/meter kategori pekarangan dan Rp 125.000/meter untuk tegalan. Sedang di Karangasem, warga mengajukan harga permeter untuk pekarangan Rp 125.000 dan Rp 95.000 untuk tegalan,” jawab Agus agak ragu lantaran sebelumnya atasannya tidak bersedia berkomentar kepada wartawan.

Sementara itu, lanjut Agus, pengadaan tanah JJLS tahun 2011 ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya pemkab hanya menggunakan 2 kategori (zona) harga tanah yakni pekarangan dan tegalan, sekarang menggunakan 6 zona harga. Keenam zona tersebut meliputi tanah pekarangan di tepi jalan raya, tanah tegalan di tepi jalan raya, tanah pekarangan di tepi jalan lingkungan, tanah tegalan di tepi jalan lingkungan, tanah pekarangan dan tegalan yang tidak bersinggungan dengan jalan.

Agus menjelaskan total anggaran pengadaan tanah JJLS tahun 2011 mencapai Rp 3,9 milyar terdiri dari Rp 3,5 M APBD Provinsi dan sekitar Rp 400 juta APBD Gunungkidul rencananya akan digunakan untuk membebaskan tanah sekitar 30.000 meter persegi.  Namun dana tersebut saat ini tinggal sekitar Rp 3,3 Milyar saja karena telah digunakan untuk membayar sebagian pembebasan tanah JJLS tahun 2010 lalu menelan Rp 600 juta.

“Jika dalam waktu sepuluh hari setelah rapat Panitia Sembilan tanggal 27 Juli kemarin, atau tepatnya sampai dengan tanggal 7 Agustus mendatang belum juga ada titik temu/kesepakatan harga antara panitia dengan warga, maka rencananya pembebasan tanah akan ditunda atau dialihkan ke jalur JJLS lain seperti di Kepek dan Jetis di Kecamatan Saptosari dan Girijati di Kecamatan Purwosari,” ungkap Agus.

Sementara itu Sumiyardi, warga Monggol yang tanahnya akan terlewati JJLS dan Drs. Suprabawa Ketua BPD setempat yang dihubungi terpisah menuturkan bahwa warga yang tanahnya akan jalan jalur JJLS tetap bersekukuh dengan harga minimal sama dengan pembebasan tahun 2010 lalu. Permintaan harga tersebut menurut mereka masih dalam batas kewajaran, karena logikanya setiap tahun harga tanah akan semakin mahal, bukan semakin murah.

“Jika hanya karena ketidaksepakatan harga kemudian pemkab akan mengalihkan atau menunda pelaksanakan ganti rugi tanah melalui jalur lain, ya… tidak menjadi masalah. Toh warga juga tidak merasa dirugikan,” ujar mereka.
Diketahui bahwa untuk pelaksanaan proyek JJLS Kabupaten Gunungkidul sejak tahun 2005 hingga 2010 lalu, pemerintah baru membebaskan tanah sekitar 23 kilometer dari rencana total panjang JJLS yang mencapai 82,5 kilometer.
Pemkab Gunungkidul sendiri sampai saat ini belum dapat memastikan target selesainya proyek JJLS karena masalah klasik, terbatasnya anggaran.
link berita dari sini

Sabtu, 30 Juli 2011

Kegiatan Peringatan HUT ke-66 Proklamasi Kemerdekaan RI

Dalam rangka memeriahkan Peringatan HUT ke-66 Proklamasi Kemerdekaan RI Kecamatan Rongkop melaksanakan berbagai kegiatan lomba/pertandingan antara lain volley ball, baca puisi, badminton, kreatifitas anak TK dan jalan Sehat. Berikut beberapa foto kegiatan tersebut...






Senin, 25 Juli 2011

Potensi Wisata yang baru tren di Gunungkidul

Goa Pindul di Gunung Kidul Yogya, Menikmati Sungai Bawah Tanah

HL | 14 May 2011 | 01:48 1152 15 2 dari 2 Kompasianer menilai aktual

Wisata ke Gunung kidul Yogya,.. aakh pilihan pasti jatuh ke wisata Pantai karena pantai disana memang indah dengan pasir putih dan lingkungan yang masih natural (alami)  seperti Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak dan masih ada beberapa lagi.
13053047301059526332
Pantai Kukup
Sejak kuliah dulu kalau ke Gunung kidul pasti ke pantai…obyek lain yang menarik apa lagi..????
Kebetulan ada teman yang kirim informasi untuk mencoba Goa Pindul, katanya disana kita akan diajak menelusuri sungai bawah tanah sambil melihat stlagtit dan stalagmit yang mempesona. Wah dapat alternatif yang bagus karena dari dulu sungai bawah tanah cuma dengar dari dosen atau baca buku……..
Goa Pindul terletak di Desa Beji, kecamatan Karang mojo, Kabupaten Gunungkidul, kira-kira 10 km dari kota Wonosari (ibukota Gunungkidul), perjalanan dari Yogya ditempuh sekitar 1,5 jam.  Pengelolaan wisata ini diserahkan kepada penduduk desa setempat, tarifnya cukup murah yaitu Rp 30.000,- untuk menyusuri Goa Pindul (+ Goa Gelatik) dan Rp 75.000,- untuk menyusuri Goa dan sungai Oyo. Tarif ini sudah termasuk untuk Pemandu (setiap 2-3 orang dengan 1 pemandu), Ban, alat pelampung, sepatu, helm, Bakso, Teh/Teh Rasela serta Degan (kelapa Hijau).
13053073051733997238
Robongan siap tempur (perlengkapan:Helm, Pelampung dan sepatu)
Sampai ditempat tujuan kami mendapatkan pengarahan serta perlengkapan keselamatan seperti Helm, Pelampung dan Helm (termasuk ban), setelah berdoa bersama selanjutnya berjalan menuju sungai yang lokasinya sekitar 100 meter.
1305308780732507107
Masuk ke Goa Pindul
Masuk Goa Pindul dengan duduk diatas ban,  awalnya masih ada cahaya  tetapi makin kedalam makin gelap (penerangan dari pemandu dengan lampu senter di helm)
13053093146988188
Salah satu stalagmit didalam gua
13053096971686946604
Stalagmit terbesar
Didalam goa terdapat Stalagmit besar yang masuk kedalam air, disamping itu juga ada stalagtit seperti lingga dimana menurut pemandu untuk kaum pria yang bisa memegang dapat lebih perkasa sedangkan untuk putri ada stalagtit mutiara dimana untuk wanita diharapkan dapat cuci muka dengan tetesan airnya agar awet muda dan tambah cantik (maaf foto tidak kami tampilkan…………biar penasaran). Ada lagi stalagmit tirai, mungkin karena bentuknya seperti tirai (menurut saya bentuknya kayak jamur).
13053104661849058195
kenampakan Goa Pindul dari luar
Setelah selesai menikmati Goa Pindul rombongan kembali ke base camp disuguhi bakso serta teh manis atau teh rasela (buatan desa setempat, rasanya manis dan asem). Setelah istirahat sejenak rombongan diangkut dengan kendaraan menuju kali Oyo.
1305310947458279135
Menyususri Kali Oyo
Selain arusnya cukup deras (kebetulan malam sebelumnya hujan deras), pemandangan dikanan-kiri juga menarik dimana kita bisa melihat struktur lapisan batuan dengan jelas, air jeram dan juga bonus…..”warga yang sedang mandi di kali”
13053114391320477692
Air terjun kecil
1305311825316531558
air terjun kecil (tampak depan)
Selesai ditempat yang ditentukan rombongan dijemput kendaraan untuk kembali ke base camp menikmati kelapa muda dan makan (dari bekal sendiri).
Tak terasa hari telah menjelang sore, rombongan kembali ke Yogya setelah mampir di Bobung, untuk beli oleh-oleh kerajinan topeng batik.
Goa Pindul benar-benar menarik……….Wonderfullhttp://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/05/14/goa-pindul-di-gunung-kidul-yogya-menikmati-sungai-bawah-tanah/
atau http://jogja.tribunnews.com/2011/01/15/wah-asyik...susur-goa-pindul-sembari-berenang

Rabu, 20 Juli 2011

Kades Bohol Maju ke Tingkat Nasional Lomba Penghijauan

berita2.com, (Gunungkidul, Yogyakarta): Widodo S.IP, Kepala Desa Bohol, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul melaju tingkat nasional Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Wana Lestari tahun 2011 setelah sebelumnya ia menyabet juara pertama even yang sama tingkat Provinsi DIY yang diselenggarakan pertengahan bulan Juni lalu.

Kepada wartawan di kediamannya, Selasa (19/7/2011) Widodo mengatakan bahwa belum lama ini pihak menerima hasil pengumuman sebagai juara pertama Lomba Penghijauan Dan Konservasi Alam Wana Lestari berdasarkan Keputusan Gubernur DIY Nomor 129 tahun 2011. Oleh karena itu ia berhak maju tingkat nasional mewakili Provinsi DIY ke Jakarta bulan Agustus mendatang.

“Benar, saya mendapat juara pertama lomba penghijauan dan konservasi alam 2011. Penilaian tingkat provinsi dilakukan tanggal 5 Mei lalu. Penilaian tingkat nasional dilakukan pada 14 Juni lalu dengan menerjunkan empat personil tim penilai dari Jakarta datang ke lokasi sampel. Sampai saat ini kami masih menunggu hasilnya. Yang  jelas tanggal 17 Agustus mendatang saya dapat undangan ke Jakarta guna mengikuti upacara bendera di istana Negara bersama presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk kedua kalinya,” ungkap Widodo sambil menunjukkan pengumuman hasil lomba tingkat Provinsi.

Beberapa lokasi sampel lomba penghijauan dan konservasi alam di Desa Bohol, lanjut Widodo, meliputi Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR) Margo Mulyo di Padukuhan Belang, KTHR Maju Bersama Padukuhan Ngasem Kidul, KTHR Karya Mukti Padukuhan Gamping, kelompok GNRHL Harapan Subur Padukuhan Bamban, kelompok GNRHL Sido Makmur di Padukuhan Wuru, serta peninjauan Telaga Wuru yang tidak pernah kering sepanjang musim.

Ia menjelaskan salah satu nilai plus Desa Bohol di mata tim penilai yaitu keberhasilan dalam meminimalisasi lahan kritis dimana pada tahun 2005 lalu mencapai 123 hektar. Namun sejak adanya gerakan penghijauan yang dicanangkan  pemerintah pusat hingga tahun 2010 lalu dengan diimbangi partisipasi swadaya masyarakat, lahan kritis hanya tersisa sekitar 23 hektar yakni berlokasi di Bulak Tingkes dan Bulak Pudak, atau sekitar 4,5 % dari total luas Desa Bohol yang mencapai 504,9 ha. (Wheny Marissa)
http://www.berita2.com/daerah/138-yogyakarta/10297-kades-bohol-maju-ke-tingkat-nasional-lomba-penghijauan.html

Rabu, 06 Juli 2011

Salah satu testimoni tentang Rongkop

Menikmati Kehidupan di Puncak Gunungkidul (Rongkop Area)

REP | 25 June 2011 | 00:33 134 53 3 dari 5 Kompasianer menilai aktual

Letaknya di daratan nan tinggi dan beberapa hari ini posisiku sedang “menjelajah” area pegunungan tersebut. Menuju lokasi naik motor menanjaki jalanan berbelok-belok di sela perbukitan semakin membangkitkan konsentrasiku menyusur badan jalan. Berjarak sekitar 73 kilometer arah tenggara dari kota Yogyakarta berbatasan dengan kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah).
Itulah Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul, sebuah kecamatan terdiri 8 desa, 101 dusun berjumlah penduduk 7693 jiwa. Lokasi ini memang jauh dari riuh-keramaian kendaraan, hanya di siang hari jalan utama dilintasi beberapa kendaraan umum jurusan Yogyakarta – Wonosari – Paracimatoro (Wonogiri). Selebihnya adalah kendaraan lokal sebagai aktivitas warga setempat.
Cuaca di siang hari cukup cerah, berudara segar dan kini mulai memasuki musim kemarau. Namun sesaat setelah matahari terbenam udara dingin mulai menusuk. Apalagi malam begini…hmm temanku tiba-tiba menyarankan diriku mengenakan pakaian pelindung agar tubuh hangat dan tetap bersemangat. Demikian selintas gambaran kecamatan Rongkop yang saat ini diriku berada. Ternyata asyik juga bertempat sementara di pegunungan, menyatu dengan kondisi alam yang menggugah tantangan…!
~~~
Jalan-jalan menapaki lokasi pegunungan serta perbukitan di Rongkop yang kebetulan menjadi sampel area pekerjaanku ini banyak memeroleh berbagai pengalaman dan pengetahuan. Dari persoalan persiapan menjelang musim kering tiba hingga perilaku warga dalam berinteraksi untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan setempat menarik diamati untuk kemudian dipahami.
Di sektor pelayanan publik seperti kesehatan, menurut Ridwan - karyawan di Puskesmas Rongkop – perlu diintensifkan penyuluhan dan mengoptimalkan kader-kader kesehatan hingga tingkat perdusunan. Setidaknya ini merupakan langkah antisipatif terhadap kemungkinan timbulnya gejala penyakit di musim kekeringan nanti.
Sementara itu Kepala Desa Semugih, Sugiarto mengatakan, masalah tak kalah penting yang perlu mendapat perhatian belakangan ini adalah sektor pendidikan dan penciptaan lapangan kerja. Menyangkut persoalan pendidikan betapa perlunya pemerataan pendidikan dasar, jangan hanya orang mampu ekonomi saja yang anaknya bisa bersekolah. Modernisasi harus dimulai dari peningkatan mutu anak-anak muda sebagai penerus generasi sehingga pembangunan daerah, khususnya desa dapat berkelanjutan.
Dikatakan pula, proyek-proyek bantuan desa selama ini sesungguhnya sudah lumayan banyak, menyentuh hampir semua kebutuhan masyarakat dan menyerap tenaga kerja lokal. Adanya proyek PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) yang belum lama usai telah banyak membantu pemberdayaan warga setempat, memberikan lapangan kerja (padat karya) dan kini tidak ada lagi desa terisolir bahkan sarana maupun prasarana sudah menyukupi kebutuhan hidup minimal.
13089364041399922839
Berkait pemberdayaan desa, wilayah kemacatan Rongkop ini masih memerlukan beberapa sarana penunjang lain, terutama infrastruktur pelengkap seperti sarana komunikasi supaya pertukaran informasi dari desa ke pusat pemerintahan daerah dapat berjalan lancar. Kegiatan ekonomi dan bisnis terdorong untuk lebih dinamis serta perkembangan harga-harga dapat terpantau tanpa harus di-intervensi banyaknya para tengkulak yang seringkali merugikan masyarakat tani.
Melalui ketersediaan sarana komunikasi diharapkan proses pemajuan desa-desa pinggiran, memperlancar sistem komunikasi pemerintahan daerah, mengurangi mobilitas fisik, memperpendek proses produksi dan menghemat biaya transportasi serta biaya produksi secara keseluruhan.
Dari sepintas jalan-jalan menjelajahi lokasi pegunungan ini, ditemui bahwa ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) belum nampak merata dan tidak semua masyarakat bisa mengaksesnya. Untuk kepemilikan dan penggunaan media radio - televisi (TV) dapat dikatakan tak ada masalah berarti, hampir semua warga memiliki atau memanfaatkan sebagai medium hiburan. Radio biasa distel di kala senggang, TV lebih menjadikan pilihan utama hiburan keluarga di malam hari. Memang tidak semua stasiun TV bisa diakses di sini, setidaknya beberapa siaran dari stasiun TV tertentu dapat secara jelas dinikmati.
Demikian halnya kepemilikan handphone (HP) dapat dibilang sudah dimiliki hampir setiap rumah penduduk. Kehadiran HP yang semakin berfungsi individul telah banyak membantu mereka berkomunikasi, mulai hal-hal yang sekiranya dianggap mendesak hingga aktivitas keseharian. Tetapi, komputer/laptop dan internet di lokasi yang menjadi sampel areaku ini memang belum banyak ditemui. Internet hanya berada di Kantor Camat, lembaga-lembaga pemerintah tertentu, dan sebagian kalangan elit di perdesaan tergolong keluarga mampu mengaksesnya.
~~~
Menyatu dengan masyarakat yang lekat dengan sifat komunalnya ternyata memiliki keasyikan tersendiri. Di hampir semua dusun memiliki tradisi berupa adat dan budaya homogen turun temurun, penuh tegur sapa, toleransi, bahu membahu/gotong royong penuh tenggang rasa sehingga sikap arif dan bijak menjadi hal yang pantas dimiliki oleh mereka yang dituakan di lingkup desa. Ditemui pula bahwa pimpinan informal di lokasi ini masih menjadi orang terdepan dalam mengambil keputusan, pola kharismatik masih berlaku dan hampir seluruh penyelesaian masalah di desa sangat bergantung padanya.
Waktu luang yang dimiliki warga desa yaitu di malam hari, di saat-saat itulah peluang bertemu dengan mereka sangat terbuka. Di gardu-gardu ronda, warungan, biasa menjadikan tempat berkumpul warga. Kemarin malam, atau tepatnya 22 Juni lalu, tak menyiakan kesempatan diriku ikutan nimbrung, untuk berbaur guna mancari tahu tentang kondisi nyata yang sedang dibincangkan sekaligus mengenali masalah yang sedang dihadapi warga setempat.

1308936510427293503
masih mengharap bantuan air bersih
Di kawasan Rongkop dan sekitar, persoalan klasik menyangkut kebutuhan air masih menjadikan topik utama pembicaraan antarwarga, disusul masalah hasil pertanian yang cenderung lesu, sehingga perlu diupayakan solusi menghadapi musim kemarau. Bagi daerah yang berada di posisi dataran rendah atau lembah pegunungan, air ledeng saluran PAM mengalir normal – namun bagi daerah yang tergolong menempati perbukitan walaupun saluran pipa sudah tersedia tetapi air tak mampu mengalir lancar. Akibatnya, jika tidak memeroleh bantuan dari pihak-pihak yang perduli maka tidak sedikit warga terpaksa harus membeli air seharga Rp 180.000 per-tangki.
Kondisi demikian sudah mendingan/lebih baik daripada beberapa waktu sebelumnya di mana air sangat sulit. Narto, salah seorang warga menuturkan, jika kemarau panjang ketersediaan pakan ternak sudah habis - biasa terjadi “ternak makan ternak” artinya salah satu ternak atau domba/sapi terpaksa harus dijual untuk membeli pakan sebagai penyambung hidup ternak-ternak lainnya.
Ketika diriku berada di lokasi, pas sedang rame-ramenya panen singkong, sebagian lagi panen pisang Sungu dan siap dipasarkan ke luar kota (Klaten dan Solo). Memang asyik sesekali ikut ke ladang pertanian, sambil melihat langsung petani memanen hasil jerih payahnya. Ditambah lagi suasana sore menjelang malam, hembusan hawa dingin mulai terasa, kabut-kabut mulai turun dari puncak gunung menyusuri bukit-bukit yang tak lama lagi akan mengering di musim kemarau. Suasana ini mengingatkanku tentang sebuah lagu bertitel When the Smoke is Going Down (Scorpion). Pada petang itu, para petani mulai pulang ke rumah masing-masing untuk kembali esok pagi yang akan disambut rekahan sinar matahari..! (jk-features).

kompasiana link http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/06/25/menikmati-kehidupan-di-puncak-gunungkidul-rongkop-area/

Renja Tahun 2012

Rencana Kerja Kecamatan Rongkop tahun 2012 dapat didownlaod via link http://www.4shared.com/file/Acbrrvek/RENJA2012.html

Rencana Strategis Tahun 2010-2015

Renstra Kecamatan Rongkop Tahun 2010-2015 dapat didownload via link berikut http://www.ziddu.com/download/15592356/RENSTRA_Rongkop.rar.html

Salah satu prestasi tahun 2008

HARI INI DINILAI TIM LOMBA DESA NASIONAL ; Bohol Juara Tingkat DIY
23/07/2008 08:34:29 RONGKOP (KR) - Desa Bohol Kecamatan Rongkop ditetapkan sebagai juara lomba desa tingkat Propinsi DIY 2008 dan dipercaya untuk maju lomba tingkat nasional. Penilaian lomba tingkat nasional akan berlangsung hari ini Rabu (23/7). Berbagai persiapan untuk menjamu tim tingkat nasional terus dilakukan oleh warga setempat.
Camat Rongkop Drs Budi Hartono yang didampingi Kades Bohol Widodo yang ditemui KR Selasa (22/7) menjelaskan bahwa sejak beberapa hari terakhir seluruh masyarakat secara gotong royong mempersipkan diri baik secara phisik maupun non phisik untuk menyambut tim evaluasi lomba desa tingkat nasional.
Desa Bohol yang merupakan desa kecil dan miskin, serta selalu menjadi langganan kekeringan setiap musim kemarau, namun dengan kondisi yang serba terbatas tidak menyurutkan warganya untuk membangun desa. Selama dua tahun terakhir terjadi lonjakan pembangunan terutama yang melibatkan swadaya masyarakat. Desa ini hanya berpenduduk 1.411 jiwa yang terdiri dari 466 keluarga
Ditambahkan oleh  Kepala Desa Bohol, Widodo  bahwa selama 2007/2008 ini berbagai kegiatan pembangunan phisik yang telah dilaksanakan dengan menyerap swadaya masyarakat mencapai Rp 200 juta. Pembangunan tersebut meliputi perbaikan jalan antar dusun dan jalan lingkungan, serta berbagai infrastruktur lainnya. Disamping itu keberhasilan lain yang telah dicapai adalah peningkatan produksi pertanian khususnya padi, yang bisa mencapai produktifitas 8 ton perhektar, sehingga tahun ini desa ini terjadi surplus pangan, katanya. 

http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=171704&actmenu=36

Lomba PKA Tk Nasional

KONDISI SAAT INI :
Luas wilayah  : 8.562.6332 ha.
Administratif  : 8 Desa
    100 Padukuhan
    100 RW
    373 RT
Batas Wilayah:
  Utara  : Kecamatan Ponjong
  Timur  : Kecamatan Pracimantoro
  Selatan  : Kecamatan Girisubo
  Barat  : Kecamatan Semanu & Tepus

DEMOGRAFI 
Jumlah Penduduk  : 32.538 jiwa, terdiri dari:
  - Laki-laki  : 16. 271 jiwa
  - Perempuan  : 16. 267 jiwa
  - KK Miskin  :   4. 162 KK